Menurut Frans Magnis Suseno, ideologi merupakan
keseluruhan sistem berfikir, nilai-nilai dan sikap dasar rohaniah sebuah
gerakan, kelompok sosial atau individu. Ideologi dapat dimengerti sebagai suatu
sistem penjelasan tentang eksistensi suatu kelompok sosial, sejarahnya dan
proyeksinya ke masa depan. Ideologi dalam pengertian yang paling umum dan
paling dangkal biasanya diartikan sebagai istilah mengenai sistem nilai, ide,
moralitas, interpretasi dunia dan lainnya.Jadi
ideologi adalah ide
atau gagasan. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala
sesuatu. Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan
melalui proses pemikiran normatif. Lain halnya dengan Antonio Gramsci, menurutnya ideologi lebih dari
sekedar sistem ide. Bagi Gramsci, ideologi secara historis memiliki keabsahan
yang bersifat psikologis. Artinya ideologi “mengatur” manusia dan memberikan
tempat bagi manusia untuk bergerak, mendapatkan kesadaran akan posisi mereka,
perjuangan mereka dan sebagainya.
Dari sinilah terlihat
betapa ideologi merupakan perangkat mendasar dan merupakan salah satu unsur
yang akan mewarnai aktivitas dan sangat berpengaruh terhadap perilaku kehidupan sosial.
Di dalam IMM sendiri ada Pendekatan Teologis,
sebagai Basis Ideologinya.
Pemikiran teologi dalam
ideologi IMM bersumber dari ajaran Aqidah yang dijelaskan dalam Al Qur’an
dengan inti kepercayaan pengesaan Tuhan (Tauhid) dan pengakuan atas kerasulan
Muhammmad. Dalam muqadimah
Anggaran dasar IMM tertera bahwa sesungguhnya Islam adalah satu-satunya agama tauhid yang haq
di sisi Allah dengan berprinsip pada aqidah tauhid dan membawa misi sebagai
hudan rahmatan lil’alamin (petunjuk dan rahmat bagi sekalian alam).
Oleh sebab itu, Islam harus ditegakkan dan dilaksanakan dalam kehidupan bersama
di tengah-tengah masyarakat. Hal tersebut merupakan sunnatullah bagi manusia,
khususnya umat Islam sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di muka bumi ini.
Dalam tataran konseptual, sebenarnya IMM memiliki sebuah konsep yang
komprehensif. Trilogi (Iman-Ilmu-Amal) yang kemudian juga berkaitan dengan Trilogi lahan
garapan (Keagamaan-Kemasyarakatan-Kemahasiswaan) dan juga trikompetensi dasar (Spiritualitas-Intelektualitas-Humamitas).
Sifat dari
trilogi merupakan kesatuan yang integral, dimana satu sama lain tidak dapat
dipisahkan tetapi dapat dibedakan. Karena ketiganya merupakan cerminan dari
realitas pada diri ikatan.
Munculnya
trilogi ikatan merupakan pengambilan intisari dalam deklarasi ikatan pada waktu
muktamar IMM di Solo. Pemaknaan yang
tertera pada trilogi ingin dijadikan spirit atau sesuatu yang harus dimiliki
ikatan. Dan interpretasinya tertuang dalam trilogi; keagamaan, kemahasiswaan,
dan kemasyarakatan. Interpretasi tersebut membuat keagamaan menjadi religiusitas,
kemahasiswaan menjadi intelektualitas, dan kemasyarakatan menjadi humanitas.
Jadi ketiga unsur ini, menjadikan IMM di mata kader dan pergerakan lain
memiliki ciri khas tersendiri.
Menurut buku
yang saya baca (manifesto gerakan intelektual profetik) dijelaskan bahwa faktor
eksternal (ideologi) yang melatar belakangi berdirinya ikatan berkaitan dengan
kondisi sosio-historis atau realitas polarisasi ideologi yang beragam, bahkan
adanya upaya pemerintah dan pihak-pihak tertentu membentuk Nasakom sebagai
wadah pengembangan ideologi. Meminjam kalimat Kuntowidjoyo bahwa kesadaran yang
menjadi kerangka berfikir ikatan adalah kesadaran ideologi bukan kesadaran
ilmu, sehingga pemahaman Islam pada saat itu, tidak untuk melakukan
objektifikasi terhadap Islam, tetapi Islam sebagai ideologi.
Namun sejatinya IMM adalah anak dari Muhammadiyah, maka ideologi IMM pun
akan merujuk kepada ideologi Muhammadiyah. Dengan Al-quran dan Sunnah sebagai
sumber ajarannya, AD/ART Muhammadiyah serta aturan-aturan
lainnya yang berlaku dalam Persyarikatan sebagai landasan konstitusional, Kepribadian
Muhammadiyah, Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Khittah Muhammadiyah, Pedoman Hidup
Islami Warga Muhammadiyah, dan prinsip-prinsip ideal lainnya dalam Muhammadiyah.
Sumber :
M.Abdul Halim Sani, Manifesto
Gerakan Intelektual Profetik,2011,Yogyakarta : Samudra Biru