Minggu, 18 Mei 2014

MELAWAN ARUS

Posted by Unknown at 23.51.00
Workshop Jurnalistik Kopertis III

Ini hidup. Hadepin! Kamu harus berani” kata-kata kakaknya Kuggy di film Perahu Kertas, yang selalu terngiang ditelingaku setiap kali menemukan kerikil diperjalanan dalam hidup. Aku terlahir di dunia ini tidak sendirian, namun bersama bakat dan kemampuan. Aku bukanlah orang yang rajin belajar, bahkan urat bacaku pun masih lemah. Aku bukanlah orang yang ketika diberi tugas lantas akan langsung kukerjakan saat itu juga. Aku bukanlah orang yang berlomba-lomba ingin namanya dicantumkan di makalah atau proposal sebagai sekertaris atau lain-lain. Aku bukan orang yang sering diperhatikan guru-guru atau dosen. Hanya siswa biasa, wajar-wajar saja. Tapi siapa sangka, pengalaman yang aku dapatkan diluar telah membimbingku kepada sesuatu yang lebih bermakna.

Beberapa waktu lalu aku harus merelakan nilai UTS ku sirna untuk sebuah perjalanan menuju pengalaman yang belum tentu semua orang bisa dapatkan. Banyak orang yang bilang aku cari mati karena berani izin di mata kuliah yang bisa dibilang “important” dan memilih mengikuti pelatihan dan lomba liputan di Bogor. Dosennya sendiri sudah wanti-wanti soal resiko yang akan aku dapatkan jika tidak ikut UTS mata kuliahnya. Seminggu setelahnya benarlah terjadi, ancaman beliau yang memang enggan memberi UTS susulan meskipun aku sudah overacting mohon-mohon. Aku tidak pernah menyesal, justru ada kebanggaan tersendiri bisa keluar dari rutinitas yang ada, untuk pengalaman yang entah kapan lagi bisa aku dapatkan. Kakak tingkatku bilang “ enggak apa-apa Sal, itu namanya kamu melawan arus, karena cuma ikan mati yang selalu mengikuti arus.”

Di Bogor, aku mendapatkan semua yang belum pernah aku dapatkan sebelumnya. Teman-temanku bertambah. Dari berbagai macam Universitas, dengan corak kultur dan watak yang berbeda. Pengetahuan yang beraneka ragamnya, membuat loker-loker di otakku semakin banyak terbuka. Akupun berkenalan dengan para wartawan terkemuka. Tegur sapa dengan para fotografer koran ternama. Dan aku mulai  menemukan kehidupan diluar, membacanya, lalu memahaminya, dan menuliskannya dalam keseharianku. Tak sesulit yang ku bayangkan, justru menyenangkan. Banyak hal yang aku temukan. Bahkan kesulitan-kesulitan yang mengapitku, menggodaku. Mungkin agar aku menyerah dan kapok dengan situasi ini.

Nilai UTS ku nihil, membuatku harus berjuang lebih ketika UAS, dan Alhamdulillah nilainya berhasil menutupi nilai UTS ku yang kosong. Dan ternyata nilaiku tak lebih buruk dari teman-teman lainnya yang selalu hadir di kelas. Dosenku pun jadi lebih dekat denganku karena terlalu seringnya beliau aku temui. Dan kata-kata beliau yang selalu aku ingat, ketika beliau bilang kepada teman-temanku yang mendapat nilai UTS kurang baik “ enggak apa-apa nilainya jelek juga. Salma, enggak ada nilai UTS nya.”. dan saat itu, perasaanku seperti terkena bom nuklir. Hancur. Tapi, tidak jadi masalah, ini pelajaran. Perasaan tak boleh terus di alem-alem, supaya kuat, supaya lapang, dan kokoh. Toh, ini justru jadi cambukan untukku. Agar makin berani, berani buktiin. Kalau belajar itu bisa dimana saja dan dengan siapa saja. Belajar untuk hidup. Belajar menemukan arti pengalaman yang sebenarnya.

Pengalaman adalah guru terbaik. Meskipun terasa menyesakkan, namun membuatku belajar. Dan itulah cara Allah menyayangi hambaNya, memberikan sesuatunya dengan cara yang indah namun tak mudah. Tidak semudah membalikkan telapak tangan, agar hambaNya menjadi mujahid yang di dambakan, yang tidak manja, tidak semau-mau dan tidak gampang ngeluh. That’s all. Fastabiqul Khairat.
Experience is the best teacher.
Comments
0 Comments

0 comments:

Posting Komentar

 

KataKita Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos